Sebuah pernikahan adalah sebuah ikatan sakral yang diharapkan hanya
terjadi satu kali dalam kehidupan seseorang. Setiap insan yang menjalin
hubungan pernikahan bersama dengan pasangannya tentu saja menginginkan
jika biduk rumah tangga yang ia jalani dengan pasangan dapat berjalan
bahagia dan langgeng hingga usia senja. Sewaktu pertama kali anda
mengucapkan janji suci pernikahan itulah waktu dimana sebuah kehidupan
baru akan anda lalui bersama dengan pasangan, sebuah kehidupan yang
lebih mandiri sebab hanya anda dan pasangan saja yang akan menjalani
biduk rumah tangga ini.
Gejolak asmara yang anda rasakan bersama dengan pasangan mungkin
terasa begitu kuat dan seolah tak akan pernah tergoyahkan meski badai
dan cobaan mencoba menghancurkan hubungan anda. Mungkin hal ini pulalah
yang membuat anda yakin jika hubungan pernikahan yang anda jalani
bersama dengan pasangan akan dapat bertahan lama dan senantiasa dihiasi
dengan cinta dan kebahagiaan.
Hanya saja, banyak pasangan yang
mengalami kasus yang sama, namun setelah menjalani hubungan rumah tangga
yang cukup lama rupanya kasih sayang dan cinta yang mereka dapatkan
dari pasangannya nyatanya tak seindah dan sekuat dulu. Bahkan kini
pertengkaran dan perselisihan seringkali terjadi.
Namun demikian, sebuah rumah tangga yang bahagia sekalipun tak pernah
luput dari koflik dan perselisihan bersama dengan pasangan. Hal ini
wajar jika kita mengingat bahwa tidak ada hal yang abadi didunia ini,
termasuk dengan rasa cinta dan kebahagiaan yang anda rasakan bersama
dengan pasangan. Memudarnya kasih sayang dan perhatian antara suami dan
istri bisa jadi dipengruhi karena beberapa fakto salah satunya adalah
ketika tuntutan dan tanggung jawab dalam pernikahan telah menuntut dan
mendesak pasangan untuk bisa menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya.
Misalkan dalam kasus ini seperti suami yang dintutut untuk dapat
memainkan peran sebagai seorang pencari nafkah demi kesejahteraan
keluarga.
Hal inilah yang pada akhirnya membuat fokus suami terbagi dengan
tanggung jawabnya mencari nafkah. Selain itu, usia pernikahan yang sudah
berjalan cukup lama cenderung membuat pasangan suami istri memilih
untuk berfokus pada bagaimana tercapainya kesejahteraan dalam keluarga
dibandingkan hanya dengan mengumbar kasih dan sayang dengan pasangan.
Sehingga pada akhirnya hal ini juga yang lebih mungkin menciptakan
konflik dalam rumah tangga seperti sang suami yang terlalu sibuk dengan
pekerjaan sementara sang istri yang ingin diperhatikan atau hal lainnya.
Seringkali karena kesibukan suami komunikasi yang baik menjadi
terabaikan dan dari sini pulalah timbul benih-benih kekesalan pada
pasangan yang tak jarang membuat kita jengkel tak kepalang. Namun karena
tak ingin memecah pertengkaran dan perdebatan yang besar bersama dengan
pasangan, akhirnya kita lebih memilih memendamnya dan diam dalam kesal.
Padahal segala gesekan yang terjadi antara anda dan pasangan dalam
wujud pertengkaran suami dan istri justru akan dapat menyelesaikan suatu
masalah yang sedang memanas. Sebaliknya daripada menyimpannya hingga
menjadi bom waktu yang akan dapat menghancurkan rumah tangga anda
dikemudian hari. Maka tidak ada salahnya mengungkapkan kekesalan
tersebut pada pasangan. Sebuah pertengkaran memang akan terjadi. Namun
bagaimana kita menyampaikan dan menyikapinya dengan baik adalah hal yang
akan senantiasa mempengaruhi seberapa besar pertengkaran tersebut akan
terjadi. Disamping itu, jika masalah ini diakhiri hingga ke akar-akarnya
maka sisi baiknya adalah masalah tersebut akan dapat dituntaskan dengan
baik.
Lalu hal apa sajakah yang boleh diungkapkan pada pasangan? Dan
bagaimana peranan pertengkaran suami dan istri untuk kehidupan berumah
tangga secara keseluruhan? Kita simak berikut ini.
Kekesalan Suami dan Istri Dalam Rumah Tangga yang Boleh Ditunjukan
1. "Kau Selalu Sibuk dengan Ponselmu"
Sebagian besar waktu yang dihabiskan pasangan lebih banyak ia
habiskan ditempat kerjanya, hal inilah yang tentu saja membuat anda dan
pasangan berjauhan sepanjang hari karena pekerjaannya. Namun ketika ia
sampai dirumah, ia malah sibuk sendiri dengan ponselnya dan sewaktu anda
lihat ponselnya rupanya ia sedang asik bermain dengan game
kesayangannya dan sewaktu ditanya mereka malah membela diri dengan dalih
menghibur diri setelah kejenuhan di tempat kerja. Nah, jika sudah
begini siapa yang tidak jengkel?
Rasanya anda ingin berteriak dan menumpahkan kekesalan sejadi-jadinya
pada pasangan dan memarahinya demi membuat anda mengerti. Namun,
dibandingkan mengikuti amarah dan emosi anda, sebaiknya tariklah nafas
dalam-dalam dan sampaikan dengan lembut "Mas, kamu ini sebenarnya lebih
sayang siapa, istrimu atau ponselmu itu sih?" Dengan begini lihatlah
reaksi suami jika mereka meminta maaf dan merasa bersalah maka maafkan
mereka dengan syarat tidak melakukan kesalahan yang sama sewaktu bersama
dengan anda. Selain itu, untuk mengantisipasi hal ini kembali terulang
maka buat kesepakatan dengan pasangan untuk membuat jam 'tanpa ponsel'
ketika anda sedang makan malam atau ketika mengobrol bersama dengan
anda. Dengan begini kekesalan anda akan dapat tersampaikan dengan baik
dan keinginan anda akan dapat terwujud tanpa adanya pertengkaran hebat
karena amarah anda.
2. "Kau Selalu Sibuk Bekerja"
Adalah wajar bagi para suami utnuk bekerja keras, mengingat
persaingan di dunia kerja yang begitu ketat dan meningkatnya ongkos
kebutuhan hidup yang semakin hari semakin mahal. Hanya saja jika
kesibukan suami ditempat kerjanya sudah begitu keterlaluan sampai tak
bisa pulang ke rumah dan menemui anda bersama dengan anak-anaknya, bisa
jadi hal ini telah membuat suami anda menjadi begitu mementingkan
pekerjaanya dibandingkan dengan keluarganya. Anda tentu akan merasakan
kesepian karena pekerjaannya membuat anda jarang sekali menghabiskan
waktu bersama dengan suami anda.
Namun apabila anda mengatakan pada pasangan "Jangan terlalu sibuk
bekerja" hal ini lebih mungkin membuat mereka menangkap makna lain dari
pernyataan anda, yakni membuat mereka berpikiran "istri/suamiku tak
dapat menghargai hasil kerja kerasku, padahal semua ini aku lakukan demi
keluarga dan dirinya."
Hindarilah percekcokan dengan pasangan dengan mengatakan betapa anda
dan anak-anak merindukannya serta ingin menghabiskan waktu bersamanya.
Sebaliknya buatlah tindakan yang bisa membuat anda memiliki waktu
bersama dengannya, misalkan dengan bangun lebih pagi agar bisa menim teh
dan mengobrol kecil dengannya dengan begini anda dan pasangan akan
dapat saling mengimbangi.
3. "Kau Terlalu Sering Mengeluh"
Memang benar jika seseorang yang sudah menikah wajib terbuka pada
pasanganya mengenai segala hal dan tidak diperkenankan atau dibenarkan
untuk menutupi segala hal dari pasangannya. Akan tetapi tentu saja kita
akan merasa kesal dan capek jika hampir setiap waktu pasangan
terus-terusan mengeluh pada kita. Hanya saja, jika anda marah atau kesal
pada mereka dengan keluhan yang mereka berikan pada anda, tentu tidak
akan dapat menyelesaikan masalah pada rumah tangga. Sebaliknya solusi
yang tepat adalah dengan mendengarkan keluhannya beberapa menit dan
alihkan pembicaraannya pada hal lain.
4. "Kau Terlalu Boros"
Masalah keuangan adalah hal yang paling sering menyulut pertengakaran
dalam rumah tangga, bahkan hal ini bisa memicu pertengkaran hebat
hingga berujung perceraian. Namun sebelum anda menyampaikan kekesalan
anda dengan menghakiminya, cobalah untuk memahami kembali perilaku boros
seseorang terhadap uang mungkin ia lakukan semata demi menikmati hasil
kerja kerasnya. Hal yang bisa anda lakukan adalah dengan membuat
kesepakatan mengenai berapa jumlah keuangan yang bisa dihabiskan untuk
'bersenang-senang' sementara sisanya berikan pengertian pada pasangan
untuk menyimpan dan menabungnya untuk hal lain yang bisa saja terjadi
tanpa tak terduga.
Kekesalan yang disimpan dan dibendung terus-terusan tentu tidak baik.
Untuk itu, perlu sekali diungkapkan. Hanya saja bagaimana kita
menyampaikannya dengan baik akan mampu mempengaruhi bagaimana dampak
yang akan dihasilkan.